Jakarta,-
The Raid Film action penuh kekerasan yang sukses di seluruh dunia menginspisrasi produser film Indonesia Vucky Olindo untuk membuat film sejenis dengan sutradara lokal.
Sebagai jualannya, produser Screenplay memasang aktor utamanya Iko Uwais, bintang yang membawa film The Raid meraih sukses itu. Sebagai pemanis dipasanglah artis yang tengah naik daun Chelsea Islan dan Jullie Esthele.
“Puji Tuhan film ini mendapat sambutan di mancanegara dengan meraih berbagai penghargaan. Sekarang kita tunggu respon dari masyarakat indonesia,” ujar Vicky Olindo produser Screenplay Infinity Films.
Setelah debut film “Merantau” (2009) mendapat sambutan penikmat film Indonesia, disusul kemudian “The Raid” (2011) dan “The Raid 2: Berandal” (2014) yang ketiganya disutradarai Gareth Evans membuatnya terkenal di dunia perfilman internasional, kini melalui film “Headshot” produksi Screenplay Infinite Films dengan arahan sutradara The Mo Brothers – Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel membuat ia sebagai aktor laga yang layak diperhitungkan.
Film ini diawali dengan keluarnya Lee, mafia dan gembong narkotika dari penjara yang melalui serangkaian adegan berjibaku perlawanan mematikan antara napi dan sipir penjara.
Kemudian, berganti adegan di rumah sakit dimana seorang lelaki tanpa nama (Iko Uwais) yang mengalami amnesia setelah cedera kepala. Dirawat oleh Ailin (Chelsea Islan), mahasiswa magang dokter, ia diberi nama “Ismail” seperti nama tokoh dalam buku “Moby Dick” yang dibacanya.
Perlahan Ailin berusaha memulihkan ingatan Ismail dengan memberi perawatan khusus dan intens yang membuat keduanya saling jatuh cinta. Ailin memberi Hp pada Ismail yang hanya berisi satu nomor Hp dirinya untuk memudahkan Ismail yang terkena amnesia gampang menghubunginya.
Suatu hari, Ailin harus pergi ke Jakarta, Ismail pun mengantarnya sampai terminal. Kebersamaan keduanya diikuti anak buah Lee yang kemudian menculik Ailin dan Ismail tentu berusaha untuk membebaskannya. Ismail pun harus berhadapan dengan para petarung jagoan, yang ternyata adalah kawan-kawannya sendiri di masa silam. Pertarungan demi pertarungan memunculkan fragmen-fragmen kekelaman masa silam bersamaan dengan terkuaknya teka-teki identitas diri Ismail.
Menghadapi kenyataan masa silamnya yang kelam, Ismail menyatakan sudah berubah jadi orang baik-baik pada Ailin. Tapi Ailin tak serta-merta percaya. Ismail pun berusaha keras untuk membuktikannya, betapa memang tak semudah seperti membalikkan telapak tangan karena ia memang harus semakin lebih berdarah-darah lagi untuk dapat menuntaskan kekelaman masa silam.
Film ini seru, dari awal hingga akhir penuh ketegangan dengan adegan berdarah-darah. Bahkan beberapa adegan membuat kita harus tahan napas karena saking menegangkannya.
Dalam film ini, Iko Uwais memang membuktikan sebagai seorang aktor laga yang semakin layak diperhitungkan. Kemampuan bela diri mantan atlet pencak silat ini tentu tak perlu diragukan. Jawara Jambore Nasional sebagai best performer in the demonstration category pada tahun 2005 ini tidak hanya berakting, tapi juga membuat koreografi laga.
Kehadiran Chelsea Islan memperkuat cerita dramanya menjadikan film ini tak sekedar laga penuh pertarungan menegangkan, tapi juga romantis nan puitis. Pesona gambar-gambar pertarungan yang memanjakan indra penglihatan kita.
Sunny Pang tampil begitu meyakinkan sebagai mafia dan gembong narkotika yang sinis, bengis dan sadis. Begitu juga Julie Estelle tampak total, tetap tampil cantik tapi juga sadis.
Jika penasaran, silakan saksikan film ini yang tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai tanggal 8 Desember 2016. Film yang diputar di berbagai festival film internasional ini juga akan diedarkan di negara Asia lain, juga Amerika, Eropa, Australia, Selandia Baru dan Afrika Selatan.
“Sebagai pemain, tentu saya berharap film ini bisa sukses di pasaran sehingga bisa menginspirasi produser dan sutradara lain untuk membuat film yang lebih berkialitas dan bisa bersaing dengan film Hollywod,” ujar Chelsea berharap.
(buy; foto yiel