Cartography of Painting,
Gelisah Pelukis Yogyakarta

by -

Jakarta,-

Sejumlah seniman dari Yogyakarta, sepanjang sepekan, 3 Desember 2016 – hingga 3 Januari 2017, menggelar pameran yang menampilkan pembacaan baru atas lukisan-lukisan (painting) bertemakan “Cartography of Painting”.

Pameran ini di helat juga ingin mencari jawaban atas pertanyaan, “Apakah terdapat cara pandang atau pendekatan baru untuk pelukis hari-hari ini di luar metode “image-making”, dan “Di mana posisi seni lukis hari ini di tengah era digital yang mengondisikan tumpah-ruahnya imaji di sekitar kita”.

Para pelukis seperti Aan Arief, Aditya Chandra Hernawan, Agung Pekik, Anggar Prasetyo geBudi Ubruk, C.Roadyn Choerodin, Dwi Setya Acong, Erianto, Gatot Indrajati, I Wayan Dolik, Indra Dodi, Ismanto Wahyudi, Ivan Sagita, Januri, Laksmi Shitaresmi, Mai Erard, Marsoyo, Nanang Warsito, Oetje Lamno, Oky Rey Montha, Riki Antoni, Valdo Manullang, Wayan Kun Adnyana, dan di Kuratotir oleh Chabib Duta Hapsoro, bakal menggelarnya di Albert Art Galery, Jl. Jalur Sutera Kav.16A No.7, Alam Sutera – Serpong 15325.

Chabib menjelaskan “Pameran ini juga hendak menguji sejauh mana signifikansi seni lukis sebagai media di tengah makin canggihnya medium seni saat ini dalam menampilkan citraan, mulai dari fotografi, video hingga virtual reality”.

Seni rupa kontemporer untuk merefleksikan situasi, kondisi yang sedang dilalui, dan sebagai pengembangan dari wacana pasca modern dan pasca kolonialisme yang berusaha membangkitkan wacana munculnya indigenous art (seni pribumi) atau yang disebut sebagai khasanah seni lokal yang menjadi tempat tinggalnya para seniman.

Oleh karenanya menyadari bahwa lukisan kontemporer seharusnya tidak lagi hanya menjadi medium perantara gagasan, melainkan menjadi obyek yang tak pernah habis untuk dimaknai dijelajahi dan dikritisi oleh subyeknya (baca: pelukisnya).

Aktivitas karya seni yaitu mengacu adanya seniman yang menghadirkan karya. Artinya, dalam proses seniman bersinggungan dengan kenyataan objektif di luar dirinya atau kenyataan dalam dirinya sendiri. Persinggungan tersebut menimbulkan respon atau tanggapan yang dimiliki, lalu dipresentasikan ke luar dirinya, maka lahirlah karya seni.

Dengan kata lain, seharusnya terdapat kegelisahan seorang pelukis untuk terus menguji urgensi atas praktik seni lukisnya di tengah isu-isu budaya visual yang mengitari ruang dan waktu pelukis tersebut.

(gha/yok; foto ist

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.