Jakarta,-
Memadukan program-program yang berkorelasi langsung dengan pengembangan kebudayaan Indonesia dan peningkatan ekonomi masyarakat secara luas tengah digodok bersama antara Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), sekaligus menjadi fokus dalam Workshop Konsolidasi Program Ditjen Kebudayaan dan Badan Ekonomi Kreatif, demikian dikemukakan Ditjen Kebudayaan Hilmar Farid.
Diharapkan workshop yang akan membahas Seni Pertunjukkan, Film, Tenun dan Eropalia 2017, lanjutnya singkat, dapat bermuara pada kegiatan-kegiatan kebudayaan yang bisa langsung menyentuh kehidupan ekonomi masyarakat, sesuai dengan amanat Presiden.
Oleh karena itu tambah Wakil Ketua Bekraf, Ricky Josep Pesik, konsolidasi program kegiatan menjadi penting selain memadukan program strategis nasional pada kedua lembaga ini, namun pula dapat mensinergikan serta memetakan secara komprehensif kegiatan-kegiatan penting apa yang akan dilakukan di waktu-waktu kedepan ini.
Workshop berlangsung 29-30 April di Hotel Aryaduta, Jakarta, menghasilkan sejumlah kegiatan aksi diantaranya, dari Seni Pertunjukkan yang dikemukakan Abduh Aziz, bahwa sejumlah isu strategis Seni Pertunjukkan Dalam Negeri dan Luar Negeri dapat terintegrasi, dan objektif. Selain membentuk Assosiasi Penyelenggara Festival Seni Pertunjukkan untuk Mapping dan Kalendar Festival, menjadi strategi bersama.
Disamping membutuhkan keterlibatan BPK terkait anggaran negara, dan Irjen terkait riset dan produksi/commision work, dana penyelenggaraan/capacity building, visitor management, menghadirkan presentre international dan sebagainya. Karena hal tersebut terkait erat dengan Diplomasi dan mapping festival-festival penting sebagai bagian dari Diplomasi dan Strategi Budaya. Tentunya program travel grand -visitor or participant, juga dapat dilakukan dan review tiap tahun secara kontinyu serta berkesinambungan dapat dilaksanakan.
Sementara dari sektor Film, Totot Indrarto mencoba menyimpulkan bahwa film membutuhkan distribusi dan ekshibisi altrenatif. Action plan-nya sejauh ini sudah jelas. Bahkan berbagai tempat sudah dilakukan secara sporadis oleh sejumlah komunitas. Oleh karenanya, dalam rangka membina penonton, .mengembangkan pasar serta penghapusan DNI perfilman. Diharapkan pemerintah berperan mendorong akselarasi kapitalisasi yang sudah ada. Dengan menambah ruang putar yang sudah ada, memperkuat jejaring, dan tentunya memperkuat film yang diakuisisi dan didistribusikan. Sehingga akselarasia jumlah penonton dalam kaitan pembinaan penonton dapat tumbuh baik.
Sedangkan pada sektor Tenun, Anung Karyadi dalam catatanya menegaskan bahwa upaya untuk menjadikan Tenun Indonesia sebagai kekayaan budaya Indonesia yang diharapkan mampu dikenal di dunia, harus dilakukan lebih cepat lagi pelaksanaannya. Selain dalam uoaya pelestarian Tenun Indonesia yang sudah tua atau pada motif-motif tradisi yang sudah banyak hilang.
Oleh karenanya, dibutuhkan penyusunan roadmap tenun Indonesia, yang menvakup pemetaan ekosistemnya, pemetaan kelompok-kelompok tenunnya, bahan baku, sistem keuangan, permodalan, promosi, kerjasama dan sebagainya serta tentu didalamnya juga kampanye penyadaran secara massif.
Sekaligus tentunya pilot project Livelihood untuk 100 penenun tradisi asli hingga 2019, Tenun culture fashion, slow fashion, ethical fashion, motif fashion baru, Tenun kontempoer. Serat baru untuk tenun dan sebagainya sehingga Tenun Indonesia mendunia.
Dan catatan penting lainnya yakni dari Europalia 2017 sebagai bagian dari Diplomasi Budaya dan Pemasaran, yang dikemukakan Alex Sihar, bahwa waktu yang terbatas membutuhkan Aksi Percepatan Kerja. Apalagi 30 Mei mendatang Delegasi Kurator Belgia hadir untuk melihat showcase Europalia Indonesia 2017-2018 di sejumlah tempat seperti Padang, Jogjakarta, dan Bali. Selanjutnya rancangan program besarnya Juni dapat diselesaikan dan usulan programnya selesai Juli mendatang. Oleh karenanya rapat terbatas dengan Presiden menjadi catatan penting lainnya agar impact-nya besar dan panjang.
(mdtj; foto nyg