Jakarta,-
Setelah Geopark Batur di Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali dan Geopark Gunung Sewu di DI Yogyakarta-Jawa Tengah-Jawa Timur, UNESCO Global Geopark segera menjadikan Geopark Rinjani, NTB, sebagai bagian Geopark Dunia, demikian dikemukakan Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman dalam acara ‘Seminar Nasional Geopark untuk Pariwisata Nasional’ di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Dengan bentangan alam yang dinilai layak menjadi geopark dunia itulah, merupakan salah satu cara untuk mengemas wisata alam secara baik dan tepat. Geopark ini eco-tourism yang intinya menjaga suatu kawasan dengan konservasi, edukasi dan tentunya menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Sedikitnya ada 40 Geoheritage di Indonesia yang berpotensi untuk dikelola secara optimal menjadi geopark, yang tersebar 12 di Sumatera, 10 di Jawa, 6 di Bali-Nusa Tenggara, 3 di Kalimantan, 4 di Sulawesi dan 5 di Maluku-Papua. Selain terdapat pula 3 Geopark Nasional yaitu Geopark Kaldera Danau Toba di Sumatera Utara, Geopark Merangin di Jambi, dan Geopark Ciletuh.
Geopark-geopark di bawah Pemda dan Kemenhut sebagai konsep manajemen pengembangan kawasan alam dimana selain dikembangkan dalam konteks pengembangan wisata, Geopark juga harus dijaga konsep konservasinya, ungkap Dadang.
Sementara itu, Menteri Pariwisata, Arif Yahya, menjelaskan bahwa sumbangan wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia karena potensi alam (nature) sebesar 35% dibawah potensi budaya (culture) yang sebesar 65 persen, sedangkan 5% disumbangkan potensi buatan manusia.
Oleh karenanya Kemenpar menargetkan pengunjung geopark Indonesia hingga 2019 nanti mencapai angka 20 juta orang.
(ist/mdtj ; foto ist