Mentawai,-
Alam sangat dihormati oleh suku Mentawai begitu juga dengan hewan karena mereka percaya bahwa semua itu ada pemiliknya yang mempunyai kekuatan yang sangat besar yang jika diganggu akan mendatangkan bencana.
Rasa persaudaraan ketika masyarakat Mentawai masih menganut Arat tersebut sangatlah dekat. Bagi siapa saja yang melanggar Arat akan dijatuhi hukuman yang ditentukan dalam musyawarah Uma. Mereka berkeyakinan bahwa jika ada salah satu yang melanggar maka semua akan terkena dampaknya.
Dahulu Arat Sabulungan dijadikan sebagai norma dalam penentuan segala hubungan manusia dengan alam dan dalam hubungan batin khusus dengan Tuhannya. Arat Sabulungan. Arat berarti adat, Sa berarti seikat dan bulungan berarti daun.
Disebut Sabulungan karena dalam setiap acara ritualnya selalu menggunakan daun-daun yang dipercaya dapat menghubungkan manusia dengan Sang Maha Kuasa atau disebut sebagai Ulau Manua (Tuhan). Pada dasarnya sabulungan mengajarkan keseimbangan antara alam dan manusia. Kepercayaan itu mengajarkan bahwa manusia harus memperlakukan alam, tumbuh-tumbuhan, air, dan binatang seperti dirinya. Dalam kepercayaan suku Mentawai tentang daun atau lebih luasnya lagi pohon atau hutan merupakan tempat bersemayam bagi para dewa-dewa yang harus dihormati. Jika tidak, maka malapetakalah yang akan ditemui.
Ada tiga dewa yang dihormati dalam ajaran Sabulungan. Pertama Tai Kalelu, yakni dewa hutan dan gunung. Pesta adat sebelum berburu selalu dipersembahkan kepada dewa ini. Kedua adalah Tai Leubagat, yang merupakan dewa laut. Ketiga yaitu Tai Kamanua, yang merupakan dewa langit sang pemberi hujan dan kehidupan.
(ist/ foto/di: alicia