Jakarta,-
Gagasan dan ide Pameran Tunggal Srihadi Soedarsono, sudah digagas lama dan terwujudkan pada tahun 2016 yang merupakan pameran besar sekaligus peristiwa langka untuk melihat koleksi pribadinya agar masyarakat mengapresiasinya di Gedung A Galeri Nasional, 11-24 Februari 2016, jelas Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus ‘Andre’ Sukmana.
Sejarah seni rupa indonesia mencatat peristiwa penting dari pameran maha karya seorang Maestro Seni Rupa Indonesia ini, lanjutnya, karena kreativitas ini dapat membuka cakrawala baru dalam memperluas ruang rupa publik seni dan memperkaya ekspresi seni di Indonesia.
Karya-karya yang dipamerkan memperkenalkan banyak hasil lukisan pada medium kertas yang belum pernah di lakukan seniman lain, menyajikan sediktnya 450 karya cat air, sketsa, drawing di atas kertas dan tidak lebih 7 lukisan di atas kanvas. Ratusan karya medium kertas tersebut merupakan arsip karya Srihadi Soedarsono yang di dokumentasikan dari rentang era revolusi (1946) hingga reformasi (2016).
Ini merupakan aset bangsa karena sebagian perjalanan Srihadi Soedarsono dalam konteks seni mendokumentasikan sejarah indonesia, yang didokumentasikan nya mulai usia 14 tahun periode awal yaitu periode perjuangan era sanggar budaya, menjadi tentara pelajar di manfaatkan untuk mendrawing. Dilanjutkan era wartawan dengan mendokumentasikan perundingan Belanda Indonesia, Perjanjian Renvill dan Kaliurang, menggambar delegasi diplomat dan sebagainya.
Sadar menjadi bagian sejarah, selain menggambar Srihadi juga meminta tanda tangan para delegasi di gambarnya. Dilihat dari kronologis ini sangat penting dan menarik sebagai kajian bagi para mahasiswa. Lantaran karya diatas kertas ada stigma tidaklah sebagus karya diatas kanvas. Banyak yang memandang sebelah mata karya di atas kertas, kolektor bilang mengoleksi lukisan diatas kertas tidak bertahan lama.
Menanggapi pameran tunggalnya, bagi Srihadi Soedarsono kertas-kertas itu sangat berharga bagi dirinya karena bagian dari sejarah berkarya sebagai seniman.
“Saya berupaya menyimpan karya-karya kertas sebaik mungkin untuk generasi penerus seni rupa Indonesia dan berharap lebih banyak pecinta seni bisa mengapresiasi karya dengan media kertas. Karya menggunakan material kertas sama kualitasnya dengan lukisan di atas kanvas, jadi kanvas dan kertas sama saja yang terpenting kualitasnya sama,” pungkasnya.
Srihadi Soedarsono memiliki perhatian yang tinggi tentang pengarsipan yang terstruktur dan rapih, beberapa karya di atas kertas yang di arsipkan dan masih menjadi koleksi pribadi dalam artian belum dipamerkan didepan publik, rangkaian arsip dan dokumentasinya sangat disiplin. Oleh karenanya dapat masyarakat nikmatinya melalui journey rentang pengembaraan panjang dan luas tentang “ROSO” dalam filosofi Jawa.
(Yayok/mdtj ; foto Muller