Jakarta,-
Galeri Nasional Indonesia—Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan— berkewajiban memberikan layanan edukasi di bidang seni rupa, serta memberikan peningkatan wawasan kreativitas dan mengembangkan apresiasi seni rupa kepada masyarakat luas.
Dan Galeri Nasional Indonesia pun mengembangkan program bimbingan dan edukasi untuk Menjadi Apresiator Seni yang Baik.
Menjadi Apresiator Seni yang Baik, memfokuskan pada peningkatan kualitas apresiator dalam mengapresiasi karya seni rupa. Dengan kata lain penekanannya lebih kepada pembekalan tentang cara, sikap, dan perilaku dalam mengapresiasi karya seni rupa dalam suatu pameran.
Apresiator Galeri Nasional Indonesia sepanjang tahun 2015, didominasi oleh generasi muda, terutama siswa/siswi sekolah dan mahasiswa. Kebanyakan dari mereka mengikuti trend selfie dengan berfoto di depan karya seni rupa untuk diunggah di media sosial.
Apalagi popularitas Galeri Nasional Indonesia semakin meningkat sebagai destinasi wisata visual bagi anak-anak muda, sehingga hal tersebut terkadang menimbulkan respon berlebihan pada saat mengapresiasi karya seni rupa seperti menyentuh dan/atau memegang karya seni rupa.
Tindakan tersebut tidak dibenarkan, karena mengarah pada pengrusakan karya seni rupa, termasuk karya koleksi negara. Karya seni yang menjadi koleksi negara harus tetap dilestarikan, dipelihara, dan dijaga keamanannya agar tetap dapat dinikmati dan diwariskan kepada generasi muda sebagai penoreh sejarah penting perkembangan seni rupa yang menandai identitas bangsa.
Menyikapi fenomena tersebut, Galeri Nasional Indonesia berinisitaif melaksanakan leader project untuk mencetak apresiator seni yang hebat (memiliki etika dan kualitas baik dalam mengapresiasi karya seni rupa). Cara yang dilakukan yaitu dengan mengajak peserta untuk terlibat langsung dalam memahami aturan, apa yang baik dan kurang baik, serta sikap dan perilaku positif dalam mengapresiasi karya seni rupa. Peserta akan dilibatkan secara langsung dalam mengapresiasi karya dalam Pameran Tetap Koleksi Galeri Nasional Indonesia (koleksi negara). Aktivitas para peserta di dalam ruang pamer tersebut akan direkam secara tersembunyi dan diputar ulang di hadapan para peserta untuk ditunjukkan sikap/perilaku mana saja yang baik dan kurang baik dalam mengapresiasi karya seni.
Galeri Nasional Indonesia sengaja menjadikan peserta sendiri sebagai role model agar mereka lebih mudah menginternalisasikan etika, sikap, dan perilaku yang baik dalam mengapresiasi karya seni rupa.
Hal ini merupakan wujud upaya Galeri Nasional Indonesia untuk mengajak masyarakat terlibat secara aktif ikut serta melestarikan karya seni rupa dengan cara sederhana. Lebih dari itu diharapkan menjadi agen perubahan untuk diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. (Gha/ foto muller