Jakarta,-
Dalam upaya mencapai target 20 juta kunjungan wisata mancanegara di tahun 2019, dan sejalan dengan komitmen kabinet kerja dalam bidang kemaritiman, Kementerian Pariwisata berkomitmen untuk mengembangkan pariwisata bahari yang sejalan dengan rencana pengembangan poros tol laut di Indonesia.
Oleh karenanya Kementerian Pariwisata sesuai dengan RIPPARNAS telah menetapkan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang Berbasis Bahari, sehingga kerjasama antar sektor di tingkat pusat dan propinsi serta membangun kerjasama antara daerah akan dijadikan strategi di dalam pengembangan destinasi bahari tersebut.
Dan sebagai strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata bahari agar berkelanjutan maka perlu memperkuat kerjasama antar sektor dan daerah, sekaligus antara pelaku dan asosiasi pariwisata bahari. Selain meningkatkan aksesibilitas, infrastruktur, fasilitas pariwisata dan sumber daya manusia.
Pariwisata bahari pun sangat dekat hubungannya dengan pengembangan kawasan pesisir yang memiliki ruang lingkup antara lain: pengembangan akomodasi, restoran, maupun infrastruktur pendukungnya seperti marina, dermaga, pusat bisnis dan sebagainya. Berbagai macam aktivitas pariwisata bahari termasuk rekreasi pantai, perahu rekreasi, wisata mangrove, berenang, “snorkeling”, menyelam, wisata memancing, selancar, berlayar, dan sebagainya termasuk dalam wisata minat khusus yang sedang dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata.
“Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan dan prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional, dengan arah pengembangan yang terdiri dari pengenalan destinasi selam dan selancar (surfing), cruise, serta mendukung kampanye pelestarian lingkungan bahari, dan peningkatan wisata budaya bahari,” kata Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Seperti diketahui potensi wisata bahari Indonesia sedemikian besar, Indonesia memiliki total garis pantai mencapai 80.000 km dan luas laut yang mencapai sekitar 3,1 juta km2. Selain itu Indonesia memiliki sekitar 50.875 km2 terumbu karang. Maka berarti kita memiliki 51% dari terumbu karang di wilayah Selatan Timur Asia (South East Asia region’s) atau 18% (284.300 km2) dari terumbu karang di dunia (WRI).
Oleh karena itu Indonesia menjadi jantung dari segitiga karang dunia yang terdiri Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Philipina, Papua Nuigini dan Solomon. Dimana sekretariat segitiga karang dunia berada di Indonesia, yang ditempatkan di Manado. Dengan demikian kunci dalam konteks pengelolaan pariwisata yakni akses yang terbuka menjadikan salah satu tantangan terbesar, khususnya dalam pengelolaan pariwisata bahari ini. (Pskm/pblk/ mdtj ; foto: ist