‘ORDE BARU’ OK. Video – Indonesia Media Arts Festival 2015

by -
(Ki-Ka) Ade Darmawan, Tubagus 'Andre' Sukmana, Mahardika Yudha, dan Farid Rakun - Foto Muller Mulyadi

Jakarta –

Festival seni media ke tujuh berskala internasional, OK. Video – Indonesia Media Arts Festival 2015, diselenggarakan sejak diadakan pertama kali pada 2003. ORDE BARU OK. Video – Indonesia Media Arts Festival 2015 di helat 15 – 28 Juni 2015 dan Direktur Artistik OK. Video, Mahardika Yudha, tahun ini didapuk sebagai kurator pameran. Sekaligus mengundang Riksa Afiaty sebagai kurator Open Lab, laboratorium kolaborasi seni media yang melibatkan empat kelompok seniman lifepatch, WAFT Lab, Make.Do.nia, dan Digital Nativ, serta Aditya ‘Gooodit’ Fachrizal Hafiz sebagai kurator pameran digital interaktif User Generated Content.

Tahun ini, OK. Video mengusung tema “Orde Baru” sebagai poros festival. Bagaimana politik teknologi media (analog) yang dikuasai dan digunakan rezim otoriter (negara) dalam membangun persepsi publik dan menyelesaikan persoalan, serta politik teknologi media (digital) yang dikuasai warga pasca berakhirnya Perang Dingin atau runtuhnya rezim otoriter dan yang mengawali kebangkitan demokrasi adalah dua hal yang coba dibenturkan melalui tema ini.

Sebanyak 73 karya seniman dari 21 negara, seperti Jepang, Prancis, Inggris, Belanda, Belgia, Kolombia, Vietnam, Pakistan, Taiwan, Cekoslowakia, Korea Selatan, Filipina, Afrika Selatan, Jerman, Austria, Rusia, Venezuela, dan Kanada, dipamerkan. Termasuk di antaranya 12 karya yang lolos seleksi Open Submission.

Di tahun ini pula, OK. Video mengembangkan diri secara institusional dan memutuskan untuk meneguhkan posisinya sebagai Festival Seni Media Indonesia (Indonesia Media Arts Festival), dari sebelumnya Festival Video Internasional Jakarta (Jakarta International Video Festival).

Dengan begitu OK. Video memperluas capaian artistik dengan tidak hanya menghadirkan karya-karya berbasis waktu (video, film, dan pertunjukan) dan bersifat instalatif atau multi kanal (multi-channel), tetapi juga seni bebunyian (sound art), rekayasa digital (digital imaging), seni berbasis internet, dan kemungkinan-kemungkinan lain dari karya-karya berbasis teknologi media yang berpeluang menghadirkan kebaruan gagasan artistik yang tak terbatas dan isu-isu kritis terhadap tema besar yang diusung.

Festival dimeriahkan pertunjukan multimedia dari bequiet, Brisik, AstoneA, dan Racun Kota, serta penampilan khusus dari ruangrupa. Selain pameran, rangkaian program publik ORDE BARU OK. Video – Indonesia Media Arts Festival 2015 terdiri dari pertunjukan multimedia, simposium, lokakarya, dan diskusi. (galnas/yok/foto muller

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.